Satu Dusun, Warga Kekurangan Air Bersih

Jember - Kualitas air sumur warga masyarakat di Dusun Bulu Rejo Desa Paseban Kecamatan Kencong terus memburuk beberapa tahun terakhir. Akibatnya, lebih dari 500 kk di kawasan tersebut kekurangan air bersih untuk dikonsumsi.

Untuk itu warga meminta pemerintah agar sesegera mungkin membangun fasilitas air bersih di kawasan tersebut. Shultan Arifin, salah satu warga desa tersebut yang mengalami kesulitan air bersih karena air sumurnya terasa asin mengeluh setiap harinya harus memikul air bersih dari rumah warga tetangga yang airnya tidak terasa asin. “Banyak masyarakat yang sehari-harinya menggunakan harus berjalan mencari air bersih untuk dikonsumsi,” tuturnya.

Menurutnya, penurunan kualitas air bersih sudah menahun. Pemerintah daerah sendiri telah membangun instalasi klep air bersih di sana. Sayangnya, bangunan tersebut tidak berfungsi sama sekali. “Nanti kita bicarakan dengan dinasnya, kalau fasilitas yang sudah ada bisa diperbaiki dan difungsikan ya tidak usah membuat baru. Tapi kalau tidak bisa lagi terpaksa dibuat lagi, dan kita minta jangan sampai gagal,” katanya.

Untuk itu ia meminta dinas terkait agar memperbaiki klep air bersih yang paling tepat, yang mampu dioperasikan masyarakat secara efektif dan efisien. Di tengah keterbatasan anggaran daerah, menurut dia, pemerintah sebaiknya menggunakan teknologi murah. Misalnya saringan air atau mesin pengolahan air mineral listrik.

Ketika menenggok nasib warga Dusun Bulu Rejo Desa Paseban Kecamatan Kencong tak kunjung berubah. Karena setiap hari, setidaknya ada 500 warga di dusun tersebut harus menggotong jurigen air dari rumahnya menuju ke sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangganya, lantaran air sumurnya terasa asin. Karena itu, mohon kepada masyarakat untuk memberikan bantuan berupa saluran drainase yang bisa mempermudah penduduk setempat mendapatkan air bersih.

Ketua Kelompok Petani Pengguna Air Desa Paseban Kecamatan Kencong, Shultan Arifin, mengatakan kesulitan air ini sebenarnya telah berlangsung sejak 10 tahun lalu, semenjak rusaknya klep Afur Rowo Bedes yaitu penghubung air buangan sungai dari lahan persawahan penduduk ke laut. “Sejak rusaknya klep itu air laut sering masuk ke lahan pertanian, karena berlangsung lama akhirnya merembes ke perumahan warga, terutama yang berdekatan dengan areal persawahan dan laut itu. Air sumurnya sekarang menjadi air payau (terasa asin),” katanya.

Ia mengatakan, jarak antara rumah perkampungan penduduk dengan pinggiran laut tak kurang dari 300 meter. Pada saat laut pasang atau musim penghujan, air laut dalam jumlah yang cukup besar menggenangi daratan melalui sungai. “Karena klepnya rusak, maka air laut bercampur dengan air tawar dengan mudah di areal persawahan,” tengaranya.

Saat ini upaya penduduk memenuhi kebutuhan akan air bersih sehari-hari terutama untuk memasak dan minum, katanya ditempuh dengan mengusung atau mengambil air dari daerah sekitar di Dusun Bulu Rejo yang tak dirembesi air laut. “Setiap hari penduduk Bulu Rejo mengusung air, karena air sumurnya tidak bisa diminum,” tandasnya. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan