PAsca Banjir, Kerusakan PAdi Dianggap Tidak Parah

Jember – Pasca banjir banding yang menimpa ribuan rumah dan ratusan hektar arela persawahan di Jember, ternyata menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan, Ir. Hari Wijayadi, tidak mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang berakibat gagal panen.

Pasalnya, Harry menganggap kerusakan tanaman padi akibat bencana banjir tidak terlalu signifikan sehingga tidak akan mempengaruhi produksi pangan. “Rata-rata tanaman padi saat ini baru mulai tanam, sehingga jika rusak bisa disulam atau tanam ulang, menunggu genangan air surut,” ujarnya.

Harry berharap petani bisa membaca situasi alam, kapan mereka harus memulai tanam dan kapan harus menunda tanam.

Namun pernyataan Harry tersebut disesalkan salah satu petani asal desa Ajung, Handoko Seto. Menurut Seto, meski musibah banjir saat ini tidak mengancam menurunnya produksi padi Jember. Tetapi mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi petani.

“Bagaimana tidak rugi, kalau kita baru tanam seminggu atau sebulan, tahu-tahu kena banjir dan harus tanam lagi mulai dari nol, berapa kerugian yang diderita petani,” ujarnya.

Seto mengungkapkan secara hitungan kasar saja, minimal petani bakal mengeluarkan dana sekitar Rp. 2,5 juta untuk tanam benih padi setiap hektarnya. Itupun belum termasuk pupuk.

“Bisa dibayangkan kalau harus kembali mengeluarkan dana sebesar Rp. 2,5 juta per hektarnya, karena tanaman rusak parah, biaya produksi membengkak, sementara hasil panen belum bias diketahui,” tuturnya.

Sehingga pihaknya minta pada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan untuk turut memikirkan atau membantu petani dalam mengatasi kesulitan yang diderita saat ini. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan