Tak Kuat Bayar, Calon Mahasiswa PMDK Harus Minggir

Jember – Universitas Jember (Unej) kembali mengeluarkan peraturan yang cukup ketat kepada calon mahasiswa yang masuk lewat jalur PMDK (Pengembangan Minat dan Kemampuan). Rektor Unej, Ir Tarcicius Sutikto, menegaskan bahwa bagi calon mahasiswa yang tidak mampu membayar dana Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), maka bisa dipastikan akan dicoret dari daftar calon mahasiswa.

Hal ini ditegaskan oleh Tikto menanggapi banyaknya pertanyaan terkaitnya besaran dana SPI yang dipungut oleh semua fakultas di Unej cukup memberatkan orang tua mahasiswa yang tidak mampu. “Kalau calon mahasiswa tidak punya uang jangan lewat PMDK tetapi masuk lewat SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri -Red) saja,” katanya, Senin (16/6/2008) via handphonenya.

Menurutnya bagisemua calon mahasiswa yang ikut program PMDK, diwajibkan membayar sumbangan bernama SPI dan Sumbangan Pengembangan Akademik (SPA) yang besarnya berbeda-beda setiap fakultas. Biaya itu belum termasuk biaya SPP, kuliah kerja nyata (KKN) dan pengenalan kampus.

“Dan bagi siapa saja yang masuk lewat jalur PMDK ya harus mentaati peraturan tersebut, kalau tidak mampu ya jangan masuk PMDK, Unej ini sudah murah meriah dibandingkan Universitas lainnya kita paling murah,” ujarnya.

Untuk SPI di Fakultas Kedokteran berkisar pada angka Rp 100 jutaan bahkan tidak sedikit yang ditarik lebih dari Rp. 250 juta karena diduga kuat calon mahasiswa tersebut nilainya kurang baik. Sementara di Fakultas Kesehatan Masyarakat masih di kisaran puluhan juta sekitar Rp. 10 jutaan demikian juga dengan Fakultas Hukum dan sejumlah fakultas non favorit lainnya. Sedangkan SPA fakultas bidang sosial sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta dan bidang eksakta Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.

Kebijakan Rektor tersebut disesalkan oleh Forum Penyelamat Unej, DR> Hidayat Teguh, menurutnya di era rektor lama Prof Kabul saja, nggak berani menekan calon mahasiswa yang masuk lewat jalur PMDK. “Karena wwaktu itu jalur PMDK memang betul-betul diisi oleh calon mahasiswa yang berkualitas, sehingga uang bukan jaminan utama, tetapi semenjak rektor satu ini semua diukur dengan uang,” sesalnya.

Dengan begitu maka kualitas [pendidikan di Jember khususnya alumni Unej bakal semakin hjatuh merosot dan kalah dengan kualitas swasta. Karena yang menjadi patokan bukan kualitas pendidikan dari SDM namun dari uang. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan