Dinkes dan Disnakkan Terus Waspadai Flu Burung

Ket. Foto : Sosialisasi antisipasi merebaknya flu burung di Jember.

Jember – Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Peternakan Perikanan (Disnakkan) Jember sampai saat ini masih terus mewaspadai mewabahnya flu burung. Apalagi menurut Diah Kusworini, Kasie Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Jember, perilaku hidup sehat di negeri ini masih belum membudaya.

“Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar hingga saat ini belum disertai kesadaran akan perilaku hidup sehat,” ujarnya. Hal ini menyebabkan wabah virus H5N1 yang menimbulkan penyakit Flu Burung menyebar luas di masyarakat secara cepat. Berdasarkan hasil penelitian WHO baru-baru ini, Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk jumlah penderita Flu Burung.

Berpedoman pada fenomena tersebut, maka Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten berupaya untuk terus melakukan sosialisasi pencegahan penyakit dengan nama asing Avian Influenza tersebut.

“Oleh karena itu, koordinasi tentang Avian Influenza dengan instansi terkait terus kami upayakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan virus mematikan ini,” kata Diah usai membuka Pertemuan Koordinasi dan Review Avian Influenza, Kamis (18/09) di Aula Bakti Husada Dinas Kesehatan.

Selama ini, katanya, Dinas Kesehatan bersama Dinas Peternakan dan Perikanan telah melakukan monitoring unggas yang mati secara mendadak sejak tahun 2006 pada 16 kecamatan (16 desa/kelurahan) terhadap 253 ekor unggas. Tahun 2007 dilakukan monitoring terhadap 8 ekor unggas yang mati pada 17 kecamatan (17 desa/kelurahan) dan tahun 2008 monitoring dilakukan pada 205 ekor unggas yang mati mendadak pada 5 kecamatan (5 desa/kelurahan).

Perlu diketahui bahwa pada tahun 2008 ini ditemukan sebanyak 16 orang yang diduga terjangkit Flu Burung, namun setelah diadakan pemeriksaan ternyata bukan virus H5N1.

Saat ini Dinas Kesehatan juga telah melatih perwakilan dari PMI sebanyak 25 orang, dari PP Muhammadiyah sebanyak 136 orang untuk dijadikan sebagai relawan dan sudah tersebar di 17 kecamatan guna mengamati kematian unggas. “Setelah itu mereka harus melaporkan pada Dinas Kesehatan atau Dinas Peternakan dan Perikanan untuk diteliti lebih lanjut,” imbuhnya.

Di sisi lain dokter spesialis paru Jember, dr. Edy Nurtjahja Sp.P menyampaikan bahwa Avian Influenza merupakan jenis penyakit baru yang masih dalam proses penyelidikan.

Oleh karena itu, masyarakat harus tanggap untuk mengenali gejala-gejala infeksi virus itu. Misalnya, seseorang tiba-tiba mengalami demam tinggi hingga 38 derajat C atau lebih, sakit tenggorokan yang disertai batuk-pilek, sengaja atau tidak sengaja bersinggunga/tinggal di sekitar atau terkena kotoran/bangkai unggas, mengalami sesak nafas dan turunnya leukosit atau sel darah putih.

Bila di masyarakat ditemukan ada seseorang yang diduga terjangkit gejala-gejala tersebut, hendaknya di lakukan pemeriksaan pada rumah sakit yang merupakan rumah sakit rujukan. “Sebab ini adalah kebijakan nasional yang menunjuk rumah sakit tertentu sebagai rumah sakit rujukan penyakit Flu Burung, dan di Jember sendiri yang ditunjuk adalah RS. Dr. Soebandi,” jelasnya.

Ciri-ciri lain yang perlu diwaspadai adalah bahwa virus H5N1 ini dapat bertahan di air hingga 4 hari pada suhu 22 derajat C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0 derajat C. Waktu masuknya virus ke tubuh hingga timbul gejala pada seseorang, rata-rata adalah 7 hari.

“Saat ini memang sudah ditemukan obat untuk penyakit itu namun masyarakat tetap harus mewaspadai geljala-gejala yang timbul,” imbuhnya. Melalui penelitian WHO disarankan orang dengan gejala-gejala tersebut dapat mengkonsumsi obat Oseltamivir yang setiap 75 mg kapsul bernilai Rp 18.000,-. Dan pengobatannya memerlukan waktu 5 hari, 2 kapsul per hari.

Langkah lain yang perlu dilakukan yakni jangan menyentuh unggas yang sakit atau mati, namun jika terlanjur, hendaknya cepat mencuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, dianjurkan untuk mencuci tangan dan peralatan makan sebelum makan, memasak unggas dan telur hingga matang. Memisahkan unggas dari manusia dan memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat bila mengalami gejalanya.

“Jika terpaksa kontak dengan unggas, lindungi kulit, mulut, hidung, dan mata dari kontak dengan udara ataupun kotoran dengan menggunakan sepatu bot, sarung tangan, masker dan kacamata khusus,” tegasnya. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan