Perlu Sinergitas Dunia Pendidikan dan Kerja

Jember – Di jaman Presiden BJ Habibie, dikenal dengan program Link and Match. Artinya, lulusan pendidikan baik kejuruan dan pendidikan tinggi harus siap pakai di dunia kerja. Tidak perlu menunggu lama, lulusan pendidikan itu telah diminta pasar kerja.

Naga-naganya hal ini juga akan dikembangkan di tahun 2009 mendatang di Kabupaten Jember. Para lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), perlu ditingkatkan kualitasnya. Sehingga kompetensi ke perusahaan untuk diterima di lapangan kerja sangat tinggi.

Guna meningkatkan itu, maka pendidikan perlu disinergikan dengan pasar kerja. Kurikulum di sekolah juga harus sinergi dengan mata pelajaran di sekolah. Demikian disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Jember, Dr. HM. Sulthon Masyhud, M. Pd.

Dia mengatakan, ada beberapa langkah mensinergiskan kurikulum sekolah, diantaranya dengan komite sekolah berkoordinasi terkait kebijakan pengembangan kompetensi lulusan dengan mengundang “user” (pengusaha kerja/perusahaan, Red).

Termasuk mendatangkan tenaga ahli untuk finalisasi rumusan kompetensi dalam mata pelajaran, tim sekolah melakukan pengamatan di dunia kerja untuk cross-check informasi dengan mengembangkan silabus mata pelajaran dan buku ajar.

Pelaksanaan pengembangan kompetensi lulusan juga perlu disinergiskan. Menurut Sulthon, pola pengembangan kompetensi lulusan saat ini secara teoritis sebenarnya sudah memadai, misalnya melalui system PSG di siswa SMK.

Tapi, berdasarkan pengamatannya, pengembangan kompetensi untuk lulusan SMK belum berjalan secara maksimal. Karena banyak sekolah yang belum memiliki laboratorium dan fasilitas dan sarana penunjang.

Banyak dunia usaha yang belum siap mendukung pengembangan kompetensi siswa lulusan sekolah menengah dan banyak guru yang belum siap dalam upaya pengembangan kompetensi itu.

Karena itu, solusi yang ditawarkan adalah sekolah harus menggodok teori yang berkaitan dengan kompetensi secara memadai sebelum berpraktek, sekolah perlu menyediakan laboratorium yang memadai untuk mencobakan teori dalam bentuk laboratorium micro profession (tempat siswa praktek sebelum terjun ke dunia usaha).
“Dalam micro profession itulah latihan praktek terbatas dilakukan, sehingga ketika PSG siswa sudah benar-benar siap,” tegasnya. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan