Antrian Mitan Terus Terjadi Di Kecamatan-kecamatan

Jember - Antrian pembeli minyak tanah (Mitan) di Jember terus terjadi. Dan pemandangan tidak sedap seperti ini bisa dilihat setiap hari di sejumlah pedagang mitan. Seperti yang terjadi di Kreoyang Patrang, yang notabene dekat dengan depo Pertamina. Belum lagi di kecamtan luar kota seperti Kaliwining, Rambipuji, Pecoro Rambipuji, Ambulu, Sumberbaru dan kecamatan lain.

Antrian tersebut selalu terjadi ketika terlihat ada tangki pengangkut mitan datang untuk memasok toko pedagang eceran di kecamatan-kecamatan. Sungguh tragis nasib masyarakat Jember saat ini, bagaimana tidak mau beli pupuk harus antri bahkan harus menghadang truk-truk pupuk.

Mau membeli premium alias bensin juga harus rela antre dan kalau tidak kebagian di SPBU harus rela membeli bensin di pengecer yang harganya melangit. Belum sembuh rasa sakitnya, mau beli mitanpun juga harus antre dan lagi-lagi juga harus membeli diatas harga HET. Jika HET-nya cuman Rp. 3.100 konsumen mitan harus rela merogoh koceknya hingga Rp. 4.000 dan bahkan tidak jarang bisa menembus angka Rp. 5.500.

Kebijakan Pertamina untuk mengurangi pasokan mitan ke 3 kecamatan kota di Jember memang berdampak luar biasa menyengsarakan rakyat Jember. Karena menurut Ketua HIswanan Migas Jember, Benny Satria, pedagang mitan yang ada di 3 kecamatan kota tersebut juga memasok pengecer di kecamatan-kecamatan diluar 3 kecamatan kota tersebut.

"Sehingga tidak heran kalau di kecamtan lain diluar 3 kecamatan kota ini mengalami kelangkaan mitan, padahal disana belum ada konversi mitan ke GAs, ini sangat disayangkan," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Thamrin, salah satu konsumen mitan. Menurutnya meski sudah dilaksanakan konversi tetapi masih banyak warga yang enggan menggunakan gas atau belum terima bantuan kompor gas tersebut. Sehingga masih banyak yang menggunakan mitan.

"Inikan bentuk menyengsarakan rakyat, kenapa selama ini rakyat selalu suruh susah, sementara pejabatnya tetap senang, sebenarnya kalau pegawai pertamina mau turun dan menjadi rakyat kecil mungkin bisa merasakan bagaimana susahnya menjadi rakyat kecil," ujarnya.

Sayangnya hal itu tidak akan pernah terjadi, sehingga menurut Thamrin nasib rakyat selamanya bakal menempati posisi yang paling tidak enak. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan