Pertanian Ramah Lingkungan Gencar Disosialisasikan

Jember - Semakin tingginya bahan kimia pertanian yang masuk ke lahan, membuat hasil produksi pertanian kian tidak sehat. Apalagi, saat dikonsumsi manusia. Sehingga, upaya meminimalisasi produk kimia untuk tanaman tentu sangat diperlukan.

Merubah budaya penggunaan pupuk kimia oleh petani tak mudah. Tapi sosialisasi wajib digencarkan terus menerus. Upaya itu harus dilakukan oleh Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) karena lebih dekat kepada petani. Termasuk pemandu penggunaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan budaya petani.

Penyampaian bahasa kepada para petani juga sangat diperlukan untuk menunjang kesuksesan sosialisasi tersebut.

Ir Wasi Ismoyo, Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengolahan Pasca Panen Hasil Pertanian di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan mengatakan bahwa salah satu sektor yang diprioritaskan Pemkab Jember adalah pembangunan pertanian.

Berhasil tidaknya bidang pertanian ditentukan oleh subyek petani. Artinya, keberhasilan ini bergantung kepada sikap petani dan petugas penyuluh pertanian dan sistem pertanian yang diterapkan.

Kata dia ada 6 sub-sistem penyuluhan pertanian : diantaranya segi pendidikan, segi kediklatan, kursus-kursus petani, segi penelitan terkait materi-materi dari PPL karena harus diuji terlebih dahulu, keempat pemasaran agribisnis (hasil pertanian). Dan kelima, tentang kelompok penyuluh pertanian yang terbagi jadi 3 klasifikasi : penyuluh PNS (saat ini ada sebanyak 102 orang), penyuluh swadaya (sebanyak 142 orang) dan penyuluh swasta (tidak dapat dihitung jumlahnya).

Kini seorang penyuluh pertanian membina 4-8 kelompok petani. Satu kelompok petani terdiri dari 35-50 orang. Dan keenam terkait gabungan kelompok tani. Mitra tani dan masyarakat tani.

Saat ini, para PPL Jember sedang melakukan kegiatan Lakususi (Latihan, Kunjungan, Supervisi dan Sikronisasi).

”Lakususi adalah kegiatan operasi lapangan di 10 UPTD di seluruh kabupaten Jember, dan masing-masing UPTD membina petani di 3-4 Kecamatan,” ujarnya.

Manfaat Lakususi adalah petani dan PPL dapat mengetahui permasalahan-permasalahan di lapangan untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti solusinya.

Salah seorang PPL Jenggawah, Arifin, mengaku dengan ikut Lakususi ini petani semakin mengerti program dan kebijakan pemerintah di bidang pertanian.

”Misalnya tentang pertanian ramah lingkungan,” ujarnya.

Pengelolaan pertanian saat ini menggunakan sistem tanaman terpadu yakni dengan menggunakan lebih banyak pupuk organik, tapi bila petani ingin menggunakan pupuk an-organik diperbolehkan asal sesuai standar perbandingan 2,5 kuintal pupuk an-organik untuk 4 hektar sawah.

Kelebihan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu ini adalah menjadikan tanaman semakin sehat, hemat irigasi, dapat menekan timbulnya hama penyakit dan kualitas hasil panen semakin bagus. Kini program yang sedang digiatkan PPL adalah meningkatkan produksi hasil pertanian, membuat pupuk organik di lokasi dengan memanfaatkan limbah padat dan cair dari ternak sapi dan kambing.

”Tujuannya adalah untuk mengendalikan penggunaan pupuk an-organik di petani yang selama ini telah terbiasa dengan pupuk kimia,” pungkas lulusan diklat Taiwan ini. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan