Musik Tradisional Pencak Silat Semakin Langka



Jember - Derasnya arus globalisasi berdampak kepada pergeseran budaya, dan cipta karya manusia. Termasuk kebudayaan lokal. Taruhlah, musik tradisional pencak silat asal Jember. Kesenian ini nyaris tak pernah dibawakan generasi muda sekarang. Mereka tidak pernah tahu, dan langka. Para pemuda lebih senang dengan musik pop, dan import.

Kini, jumlah pemain dan kelompok musik tradisional pencak silat di Jember bisa dihitung dengan jari. Rata - rata mereka berusia 40 tahun ke atas.

“Bila mencari atlet silat dan generasi penerusnya tidaklah sulit, apalagi sejak kepemimpinan Pak Djalal, olahraga ini dijadikan sebagai icon Jember dan sudah diwajibkan sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah. Tapi yang sulit adalah mencari generasi penerus pemain musik tradisional pencak silat,” ujar Drs Ec Sunardi, Ketua IPSI Jember ini.

Sekadar diketahui, musik tradisional pencak silat adalah musik pengiring atraksi silat.Atraksi pencak silat yang disuguhkan bukanlah pertandingan.

“Musik ini biasanya mengiringi atraksi silat hiburan, bukan pertandingan gelar,” ujarnya.

Alat musik yang digunakan sangat sederhana. Diantaranya berupa beberapa gendang, gong, gamelan dan rebana.

Sebagai hiburan rakyat, musik pengiring atraksi silat ini bisa menaikkan suhu orang yang melihat dan merangsang untuk mengikuti gerakan. Silat yang diperagakan tidak akan terasa meriah bila musik ini tidak diperdengarkan.

“Tanpa ada musik pengiring, atraksi pencak silat kurang semarak dan kurang membangkitkan semangat pemainnya,” ujar Sunardi.

Meski sepi peminat dalam memainkan alat musik ini, tapi ternyata penikmat atraksi ini sangat banyak. Terbukti, setiap digelarnya perhelatan ini penontonnya sangat banyak.

“Mungkin sekarang masyarakat hanya antusias untuk menonton, tanpa ada keinginan mempelajari bermain atau memainkan musik,” ujarnya.

Kata dia, untuk menemukan ‘bibit-bibit’ pemain musik ini perlu diadakan perlombaan antar kelompok musik tradisional. Semisal, lomba Zafin, hadroh atau Qasidah yang sudah biasa diadakan di masyarakat.

“Perlu juga atraksi pencak silat dengan musik pengiring digelar ketika ada even-even besar di Jember, sehingga diharapkan dapat menyedot penonton perkotaan, sebab saat ini atraksi tersebut biasa hanya digelar di kampung,” ujarnya lagi.

Selain itu, bila ada tamu-tamu asing atau kunjungan pejabat dari daerah lain, atraksi pencak silat bisa disuguhkan sebagai sajian selamat datang seperti halnya tari Labako yang menggambarkan kegiatan pemetik daun tembakau sebagai icon Jember.

Salah seorang pemain musik ini, Jamal (60), mengaku tertarik menjadi pemain musik pengiring pencak silat ini karena olahraga silat telah mendarah daging pada dirinya.

Sewaktu muda dulu ia adalah seorang pemain silat handal. Tapi seiring bertambahnya usia, kini dia semakin kaku memperagakan jurus-jurusnya.

“Sekarang saya hanya sebagai pemain musiknya saja, sebab di usia saya sekarang ini saya masih ingin melestarikan budaya asli Indonesia ini dengan ikut serta mengumandangkan musik yang katanya memiliki nilai magis di dalamnya ini,” pungkas Jamal. (RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan