WARGA TAKUT BANJIR LONGSOR SUSULAN


• Ribuan Rumah Rusak, Ratusan Hektar Gagal Panen

JEMBER – Lagi, Kota Jember dilanda banjir dan tanah longsor. Kali ini kerugian tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sedikitnya 36 rumah warga Desa Seputih, Tegalrejo, Kecamatan Mayang, serta Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo terendam lumpur setinggi 1 meteran. Dugaan kuat karena potensi longsor ini jauh hari telah diprediksi akibat hutan gundul di Silo.

Kawasan hutan di Kecamatan Silo, yang terdapat aliran sungai tembus ke pemukiman di lereng hutan diantaranya Mayang, dan Mumbulsari terancam. Terbukti kemarin ancaman itu datang, Jumat (8/1) sekitar pukul 22.00 WIB.

Kejadian ini sempat membuat warga di sepanjang aliran sungai Mayang, kelabakan menyelamatkan barang – barang perabot rumah mereka dari terjangan banjir lumpur. Lumpur yang menggenangi rumah mereka akibat luapan dari sungai setinggi 1 meter-an.

Data RADar Investigasi, menyebutkan dari kejadian itu sediktinya daerah di 5 Kecamatan di Jember semisal Mayang, Silo, Jenggawah, Tempurejo dan Jenggawah diterjang banjir dan lumpur.

Tiga desa di Kecamatan Mayang : Tegalrejo, Seputih dan Tegalwaru, puluhan rumah terendam air bah akibat luapan air Sungai Kali Mayang.

Rumah yang rusak ringan sekitar 26 unit dan 2 rusak berat terhanyut serta sebuah mushola rusak parah rata dengan tanah.

Di Kecamatan Silo, banjir lumpur melanda Desa Garahan mengakibatkan 20 rumah warga rusak berat. Warga korban bencana diungsikan sementara di Mushollah, setempat. Di Desa Pace Dusun Curah Wungkal tercatat 10 rumah rusak berat, 9 rumah rusak ringan terkena tanah longsor, 1 rumah hanyut dan 2 jembatan sepanjang 12 meter penghubng Dusun Curahwungkal dan Dusun Karangtengah putus.

Ada sekitar 200 rumah di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo juga terendam air campur lumpur setinggi 50 cm. Warga masih khawatir terjadi banjir susulan.

Warga menduga banjir terjadi akibat hutan Baban Silo Sanen gundul dan menyebabkan Sungai Kali Mayang meluap. Hujan deras sebelumnya membuat Sungai Kali Mayang tak mampu menahan air dari limpahan hutan Baban Silo Sanen.

Lumpur juga membuat 3 Desa diantaranya Desa Cangkring, Desa Daringan, Desa Jatimulyo Kecamatan Jenggawah, juga terendam banjir campur lumpur.

Ratusan warga memilih keluar rumah Sabtu dinihari untuk menghindari terjangan air bah lumpur pekat. Seorang warga korban banjir luapan Sungai Kali Mayang di Desa Tegalrejo, Abdussalam menjelaskan banjir kali ini lebih besar dari banjir 10 tahun lalu.
"Kita tidak menduga luapan air Sungai Mayang begitu besar,” ujarnya.

Sekretaris Satlak PBP Jember Drs Edi Budi Susilo mengatakan, sejauh ini sudah dilakukan pengecekan kondisi lapangan dan disalurkan bantuan medis dan makanan.

Sementara kata dia, di Desa Curahlele, dan Desa Wonosari Kecamatan Tempurejo banjir menggenangi rumah warga hingga 1 meter lebih. Ada 600 rumah warga terendam air.

"Di Kecamatan Jenggawah di Desa Cangkring, Desa Jatimulyo dan Desa Sruni terendam air setinggi 1 meter dan 499 rumah warga tergenang air. Warga yang rumahnya rusah parah mengungsi di tetangga atau di mushola dan kantor balai desa," katanya.

Satlak PBP Jember mengaku banjir warga mulai membersihkan rumah dari bekas lumpur secara gotong royong. Tapi, pendataan rumah warga yang terendam, rusak berat dan ringan terus dilakukan.

Kepala Dinas Pengairan Jember Ir Rasyid Zakaria menjelaskan banjir luapan Sungai Kali Mayang karena curah hujan di hulu sungai tinggi. Aliran sungai terbesar yakni Sungai Kali Mayang dan Mrawan.

"Itu terjadi karena di daerah timur seperti Kecamatan Sumberjambe dan Ledokombo terjadi hujan yang sangat lebat. Curah hujan yang turun mencapai 150 ml dan berlangsung lama sampai tujuh jam," kata Rasyid Zakaria.

Di lereng gunung air masuk ke sungai kecil sampai ke Sungai Mayang dan Mrawan sehingga tidak mampu menampung luapan air. Makin ke hilir, banjir itu kian besar.

"Terutama di hilir seperti Kecamatan Jenggawah, Tempurejo dan Ambulu. Ribuan rumah dan sawah warga terendam air, Daerah ini adalah hilir, dua sungai yakni Mrawan dan Mayang bertemu di sungai Mayang.," jelasnya.

Ditaksir kerugian kerugian saluran air Pengairan mencapai Rp 2 miliyar. "Itu akan terus bertambah, belum termasuk ratusan hektar lahan sawah yang baru berumur satu setengah bulan gagal panen," ujarnya.

Catatannya, banjir yang menerjang Jember merupakan periodesasi siklus 10 tahunan. Kejadian serupa pernah terjadi tahun 1955, 1977, 1989, 2005 banjir bandang Panti dan yang terakhir saat ini.

"Ini ciri khas banjir di Jember. Jika tidak di bagian barat dengan sungai Tanggul dan Bondoyudo, di bagian tengah, sungai Bedadung. Dua sungai itu mulai tenang, giliran sekarang Sungai Kali Mayang," pungkasnya.(RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan