AKI Jember Menurun 10%

Jember - Angka Kematian Ibu (AKI) dalam persalinan mengalami penurunan pada kurun waktu 2 tahun terakhir ini. Umumnya, kematian tersebut dialami oleh ibu hamil (bumil) beresiko tinggi, dan faktor budaya masyarakat yang melakukan proses persalinan ke dukun bayi. Pasalnya, rasio jumlah dukun jauh lebih tinggi hingga kini lebih tinggi dibandingkan jumlah bidan.

Data yang dirilis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, jumlah AKI pada tahun 2007 cukup signifikan, yakni sejumlah 40 ibu meninggal dunia saat melahirkan. Lalu sepanjang tahun 2008 angka tersebut menurun 10 persen, sehingga didapati jumlah AKI pada saat persalinan sebesar 30 orang.

Menurut Kasi Promosi Kesehatan dan Hubungan Masyarakat Dinkes Kabupaten Jember, Yumarlies, walaupun rasio dukun lebih tinggi dibandingkan tenaga kesehatan. Tapi, proses persalinan yang ditangani oleh bidan telah mencapai 77 persen sementara yang masih menggunakan tenaga dukun bayi sebesar 23 persen.

Ia mengatakan, rata-rata kelahiran bayi sebanyak 38 ribu per tahunnya. Angka itu didapatkan dari hasil survei jumlah balita yang berusia 0-11 bulan sepanjang tahun 2008. “Berarti sepanjang tahun 2008 dari 38 ribu ibu hamil yang mengalami proses persalinan, sejumlah 40 ibu di antaranya meninggal dunia,” tuturnya.

Pihaknya menengarai, angka kematian itu rata-rata disebabkan oleh persalinan melalui dukun. Lantaran, jumlah dukun bayi sebanyak 1.080 orang, sedangkan jumlah bidan hanya 321 orang. “Di Jember rasio dukun jauh lebih tinggi dibandingkan bidan,” tengaranya.

Untuk meminimalisir terjadinya kematian bayi pada saat persalinan, katanya, Dinkes mulai membangun kemitraan antara bidan dan dukun bayi guna membantu kelancaran persalinan. Langkah yang ditempuh dengan cara memanfaatkan tenaga dukun guna mengantarkan bumil ke tempat praktik bidan pada saat ditemui ibu persalinan.

“Untuk mengurangi resiko AKI, kita memanfaatkan tenaga dukun bayi untuk mengantarkan ibu bersalin ke bidan. Setiap 4 kali persalinan para dukun itu diberi uang Rp 100 ribu. Bukan berarti kita membasmi keberadaan para dukun itu. Tapi mereka masih kita perlukan untuk perawatan bayi pasca kelahiran, itulah bentuk kemitraan yang dibangun,” terangnya.

Meski begitu, katanya, persalinan yang masih menggunakan tenaga dukun galibnya dipengaruhi oleh faktor budaya dan rendahnya pendidikan masyarakat. Terutama, masyarakat yang berada di daerah Jember Utara, misalnya di Kecamatan Silo, Jelbuk, Sumberjambe, Arjasa dan Ledokombo.

Naiknya AKI, sambungnya, juga dipengaruhi oleh bumil beresiko tinggi. Yang termasuk dalam kategori tersebut, antara lain bumil yang mengalami gizi buruk, memiliki penyakit komplikasi. "Selain itu juga karena pengambilan keputusan yang salah menjelang proses persalinan dan masih melekatnya budaya persalinan ke dukun," terangnya.(RI-1)

Tidak ada komentar:

Kotak Surat

Nama
E-mail
Pesan